Senin, 17 Agustus 2009

Dasar Puasa Ramadhan, Yang diperbolehkan tidak berpuasa, dan cara menggantinya (fidyah)










Dalil untuk berpuasa Ramadhan terdapat dalam surat Al Baqarah 183-185:Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.Orang-orang yang diperbolehkan tidak puasa dan yang dilarang puasa Ramadhan1. Yang TIDAK BOLEH berpuasa dan wajib menggantinya di luar bulan ramadhan adalah:a. Wanita yang haidb. Wanita yang sedang nifas (setelah melahirkan)2. Orang yang boleh berpuasa di luar bulan Ramadh dikarenakan rukhshah (kemurahan Allah)a. Musafir (orang yang bepergian)b. Orang yang sakit biasa3. Boleh tidak puasa Ramadhan dan menggantinya dengan Fidyah (memberi makan orang miskin setiap harinya sebanyak satu mud atau setengah liter):a. orang yang terlalu berat berpuasab. orang yang sakit kronis atau menahunc. wanita hamild. wanita yang sedang menyusui

Arti Ramadahan

Ramadhan

Rukun Islam
Syahadat · Shalat · PuasaZakat · Haji
Rukun Iman
Allah · Al-Qur'an · MalaikatNabi · Hari AkhirQada & Qadar
Tokoh Islam
Muhammad SAWNabi & Rasul · SahabatAhlul Bait
Kota Suci
Mekkah ·Madinah · YerusalemNajaf · Karbala · KufahKazimain · Mashhad ·Istanbul
Hari Raya
Hijrah · Idul Fitri · Idul Adha· Asyura · Ghadir Khum
Arsitektur
Masjid ·Menara ·MihrabKa'bah · Arsitektur Islam
Jabatan Fungsional
Khalifah ·Ulama ·MuadzinImam·Mullah·Ayatullah · Mufti
Teks & Hukum
Al-Qur'an ·Hadist · SunnahFiqih · Fatwa · Syariat
Manhaj
Salafush Shalih
Mazhab
SunniHanafi ·HambaliMaliki ·Syafi'i
Syi'ahDua Belas ImamIsmailiyah·Zaidiyah
Lain-lainIbadi · KhawarijMurji'ah·Mu'taziliyah
Lihat Pula
Portal Islam
Indeks mengenai Islam

Ramadhan, Ramadan atau Romadhon (bahasa Arab:رمضان) adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah (sistem penanggalan agama Islam). Sepanjang bulan ini pemeluk agama Islam melakukan serangkaian aktivitas keagamaan termasuk di dalamnya berpuasa, shalat tarawih, peringatan turunnya Al Qur'an, mencari malam Laylatul Qadar, memperbanyak membaca Al Qur'an dan kemudian mengakhirinya dengan membayar zakat fitrah dan rangkaian perayaan Idul Fitri. Kekhususan bulan Ramadhan ini bagi pemeluk agama Islam tergambar pada Al Qur'an pada surat Al Baqarah ayat 185 yang artinya:
"bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda. Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu..."

1 Etimologi
2 Aktivitas keagamaan
2.1 Puasa Ramadhan
2.2 Shalat tarawih
2.3 Turunnya Al Qur'an
2.4 Lailatul Qadar
2.5 Umrah
2.6 Zakat Fitrah
2.7 Idul Fitri
3 Penentuan awal Ramadhan
4 Aspek ekonomi
5 Lain-lain
6 Peristiwa penting yang terjadi pada bulan Ramadhan
7 Referensi
8 Pranala luar

Etimologi
Ramadhan berasal dari akar kata ر م ﺿ , yang berarti panas yang menyengat atau kekeringan, khususnya pada tanah. Bangsa Babylonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah Arab menggunakan luni-solar calendar (penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus). Bulan ke sembilan selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Sejak pagi hingga petang batu-batu gunung dan pasir gurun terpanggang oleh segatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya. Di malam hari panas di bebatuan dan pasir sedikir reda, tapi sebelum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi hari. Demikian terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pekan terjadi akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadhan, bulan dengan panas yang menghanguskan.
Setelah umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis matahari, bulan Ramadhan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami 'panas'nya Ramadhan secara metaphoric (kiasan). Karena di hari-hari Ramadhan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan. Atau, diharapkan dengan ibadah-ibadah Ramadhan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai Ramadhan orang yang berpuasa tak lagi berdosa. Wallahu `alam.
Dari akar kata tersebut kata Ramadhan digunakan untuk mengindikasikan adanya sensasi panas saat seseorang kehausan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata Ramadhan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik sebagaimana matahari membakar tanah. Namun kata ramadan tidak dapat disamakan artinya dengan ramadhan. Ramadan dalam bahasa arab artinya orang yang sakit mata mau buta. Lebih lanjut lagi hal itu dikiaskan dengan dimanfaatkannya momen Ramadhan oleh para penganut Islam yang serius untuk mencairkan, menata ulang dan memperbaharui kekuatan fisik, spiritual dan tingkah lakunya, sebagaimana panas merepresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi.